assalamualaikum............

assalamualaikum............

Minggu, 30 Januari 2011


Tinggi menggunung dosa-dosa kami Bertambah tinggi semakin hari
Berjuta kesalahan berlapis kesombongan selalu saja datang menghampiri
Langkah yang rapuh….. Jiwa yang lemah Segala salah hanyalah milik kita”
(Opick : Irhamna, Semesta Bertasbih)

SEMUA SALAH KITA atau KITA SEMUA SALAH?
Segala sesuatu yang diciptakan Allah tak ada yang sia-sia. Segala manfaat terkandung dalam tiap titiknya. Tak ada yang terlewatkan, tak ada kekurangan bagi-Nya sehingga semuanya sudah lebih dari cukup sebagai bukti betapa sempurnanya Allah SWT.
Alam semesta salah satu bukti adanya Allah. Tempat yang indah untuk tinggal umat manusia dan memberikan apa saja yang diinginkannya. Berjuta unsur bahkan tak terhingga telah tersedia berkat Rahmat-Nya. Bahkan semua nikmat yang tersebar di langit dan di bumi tiada lain hanya untuk makhluk-Nya yang sempurna.
Namun, pada akhir dekade ini umat manusia kerap disibukkan dengan berbagai kejadian alam. Kejadian yang bukan hanya sekedar peristiwa biasa melainkan peristiwa yang membuat berjuta pasang mata berduka. Di tahun 2004, tsunami memporak-porandakan ujung barat Indonesia, tak lama dari itu DIY Yogyakarta diguncang gempa yang cukup besar, kemudian lumpur lapindo juga ikut andil dalam merepotkan bangsa, dan beberapa kejadian lainnya yang begitu banyak dan masih berjalan hingga sekarang. Tak berhenti sampai disitu, kemarin kita kembali berduka dengan adanya tsunami yang kembali hadir di Mentawai dan meletusnya yang gunung Merapi di Jawa Tengah. Kejadian-kejadian tersebut membuat manusia kebingungan: Ada apa ini?, Mengapa ini terjadi?, Apa salah kita?, kemudian mereka saling menyalahkan satu sama lain,:Ini ulah para penebang liar!; ini salah mereka yang buang sampah sembarangan dan lain sebagainya. Bahkan ketika bencana yang besar telah menghancurkan segalanya, tak jarang tercetus “Mengapa peristiwa ini terjadi, Tuhan tidak adil”. Apakah alam marah? Atau mungkin Tuhan sudah bosan melihat tingkah kita(Ebiet. 1999).
Marilah Direnungkan bersama, sebuah bencana bukanlah ulah dari segelintir orang saja. Kenapa begitu? Ingatlah Allah menurunkan bencana ke dunia ada 3 macam: peringatan, adzab, dan laknat. Ketiga macam tersebut Allah turunkan pada kaum yang Dia kehendaki.
Siapa dan Mengapa?
Seperti dikatakan di atas, Allah sangat berhak menurunkan bencana bagi siapa saja yang Dia kehendaki, tak ada yang bisa berlari dari-Nya. Ada bencana yang bersifat peringatan sebagai pembatas bagi orang-orang yang beriman tapi lalai dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Yang dimaksud dengan lalai di sini sangat luas dan mendetail, bukan hanya dalam ibadah mahdhoh saja melainkan yang ghoiru mahdhoh juga sehingga banyak di antara manusia yang kerap menganggap sepele padahal hal yang sepele adalah awal dari peristiwa besar. Peringatan Allah sangat banyak macamnya diantaranya beberapa peristiwa yang kerap terjadi dilingkungan sekitar. Apabila manusia yang berimn bias mengambil hikmah dari suatu peristiwa maka mereka akan memperbaiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kejadian itu. Nah, peristiwa yang bersifat peringatan biasanya disebut dengan kata musibah. Kemudian bencana yang bersifat adzab. Adzab di sini adalah siksa Allah yang diturunkan di dunia sebagai balasan bagi orang-orang yang dzolim baik bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Adzab ini Allah turunkan dalam berbagai macam.
Yang terakhir adalah bencana yang bersifat Laknat. Maksud dari laknat di sini ialah kemurkaan Allah terhadap makhluk-Nya yang selalu membangkang terhadap perintah-Nya dan selalu menerobos masuk dalam segala larangan-Nya. Hal ini sangat jelas termaktub dalam kitab suci Al-Quran.
Selanjutnya yang menjadi pertanyaan, “Bencana di Indonesia disebabkan oleh apa? Dan termasuk dalam kategori apa?”. Untuk menjawab itu semua, mari direnungkan lagi. Setiap ada asap pasti ada apinya walau pun apinya sangat kecil. Begitupun setiap kejadian yang ada. Yang dilihat bukanlah hal yang bessar tetapi dilihat bagian yang terkecil dulu, mulai dari hati (meliputi berbagai macam penyakit hati), sikap (tingkah dalam setiap hal dan keadaan: acuh tak acuh, menganggap sepele, tak peduli, melewati batas, dsb.), dan aplikasi perilaku dalam kehidupan sehri-hari. Semua akan terungkap, tanpa disadari manusia telah mendzolimi dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya shingga merupakan pantas bagi Sang Maha Pencipta untuk menunjukkan Kekuasaan-Nya. Mudah-mudahan saja Bangsa ini bisa mengambil hikmah dari segala kejadian yang ada sehingga mampu memperbaikinya sesuai kemampuannya. Selanjutnya mengenai siapa yang salah bisa dipikirkan oleh masing-masing individu dan kita hanya bisa berharap Allah selalu melindungi kita dan mencurahkan rahmat-Nya. Amin (alfrs).
Robbana Dzolamna Anfusana Waillam Taghfirlana Watarhamna Lanakuunanna minal Khosiriin"


Tidak ada komentar: