assalamualaikum............

assalamualaikum............

Selasa, 22 Februari 2011

Hijau Daun – Setiap Detik

Setiap detik
Engkau yang dalam mimpiku
Setiap siang malam menggangguku
Tak lelap tidurku karena dirimu

[*]
Setiap waktu
Engkau yang selalu menghantuiku
Tak pernah lari dari fikiranku
Tak mau hilang dari ingatanku

Tahukah engkau
Saat gelap datang
Aku masih mencarimu
Engkau dimana

Kembali ke [*]

Tapi mengapa saat ku terjaga
Kau masih tak disampingku
Sampai kapankah aku menantimu
Selalu menantiku

[**]
Setiap detik aku memikirkanmu
Setiap detik rindu meracuniku
Setiap detik teringatku padamu
Setiap detik apa terus begini

[***]
Ku mohon dengarlah rintihan hati ini
Yang ku curahkan seraya ku bernyanyi
Sampai kapankah aku terus begini
Ku harap kau 'kan kembali kepadaku

Kembali ke [**][***]

Minggu, 13 Februari 2011

Kemiripan bahasa Jawa dan Jepang

Bahasa Jawa dab Jepang ternyata mempertimbangkan aspek sopan santun dalam komunikasi. Sopan santun bahasa jawa diwujudkan dalam bahasa kromo. sedangkan dalam bahasa jepang berbentuk Tenei Go dan Sunkei Go (kutipan dari surat kabar)

Jumat, 04 Februari 2011


  1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan.
Menurut Mar’at (1984) pemimpin adalah seseorang yang memiliki posisi dengan potensi tinggi di lapangan, sedangkan Kartini Kartono (1994) mengatakan bahwa pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi untuk dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha bersama mengarah kapada sasaran-sasaran tertentu. Selanjutnya Terry (1977), juga mengatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang yakni pemimpin, mempengaruhi pihak lain untuk dapat bekerja sama dalam upaya mencapai tujuan. Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa pemimpin berhubungan dengan sekelompok orang yang disebut bawahan untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian tersebut juga menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain atau kelompok bawahan guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Marno dan Triyo, 2008:22).
Sedangkan kaitannya dengan pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan ialah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dalam pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
  1. Fungsi Kepemimpinan dalam Pelaksanaan Perencanaan Pendidikan.
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
  1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
  2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya. Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannyamenjadi instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
c. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
e. Fungsi Pengedalian
Fungsi pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya .
  1. Pengertian Motivasi
Terry (1986) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsang untuk melakukan tindakan-tindakan. Pengertian ini menyampaikan bahwa motivasi merupakan perangsangan yang bersumber dari keinginan individu untuk melaksanakan tindakan. Pada dasarnya motivasi ini berangkat dari motif-motif yang dimiliki oleh seseorang. Motif sendiri pada dasarnya adalah kebutuhan, keinginan, dorongan, atau gerak hati dalam diri seseorang.
  1. Fungsi Motivasi dalam Pelaksanaan Perencanaan Pendidikan.
Hasibuan (1989) mengemukakan fungsi dari motivasi sebagai berikut:
  1. Mengubah perilaku bawahan sesuai dengan pemimpin.
  2. Meningkatkan kegairahan kerja bawahan.
  3. Meningkatkan kesejahteraan bawahan.
  4. Meningkatkan disiplin bawahan.
  5. Meningkatkan kestabilan bawahan.
  6. Meningkatkan prestasi bawahan.
  7. Meningkatkan moral bawahan.
  8. Meningkatkan rasa tanggung jawab bawahan.
  9. Meningkatkan produktivitas efisiensi.
  10. Memperdalam kecintaan bawahan terhadap instansi.
  11. Memperbesar partisipasi bawahan terhadap instansi.
Dengan demikian, fungsi motivasi diatas dapat disimpulkan sebagai upaya mengarahkan bawahan dalam meningkatkan tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya dengan memperhatikan kemampuannya, kesahteraannya, dan rasa kebersamaannya untuk mencapai produktifitas kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Marno dan Triyo, 2008:21).

DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, 1990. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, Bandung: CV. Haji Masagung
Kartono, kartini. 1994. Pemimpin dan kepemimpinan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Marno dan Triyo S. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: PT Refika Aditama
Mar’at, 1984. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Ghalia Indonesia
Terry, G.R. 1977. (Alih bahasa oleh Winardi, 1986), Azas-Azas Manajemen, Bandung: Alumni


Senin, 31 Januari 2011


METODE DESKRIPIF
  1. Metode Deskriptif
Menurut Whitney (1960:160), metode deskriptif adalah pencarian fakta dsengan interpretasi yang tepat. Sedangkan menurut Nazir (2005:54), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antarfenomena yang diselidiki.
B. Ciri-Ciri Metode Deskriptif
Secara harfiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai sesuatu atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Namun, dalam pengertian metode penelitian yang luas, peneliti deskriptif mencakup metode penelitian yang luas diluar metode sejarah dan eksperimental, dan secara lebih umum sering disebut dengan metode survei. Kerja peneliti, bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan,. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik wawancara, dengan menggunakan schedule questionair ataupun interview guide.
  1. Jenis-Jenis Metode Deskriptif
Ditinjau dari masalah yang diteliti, teknik dan alat yang digunakan dalam meneliti, serta tempat dan waktu penelitian dilakukan, metode deskriptif dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:
  1. Metode survei
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah.
  1. Metode deskriptif berkesinambungan
Metode deskriptif berkesinambungan adalah kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus-menerus atas suatu obyek penelitian.
  1. Penelitian studi kasus
penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930).
  1. Penelitian analisis pekerjaan dan aktifitas
Penelitian analisis kerja dan aktifitas adalah penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.
  1. Penelitian komparatif
Penelitian komparatif adalah metode deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.
  1. Penelitian studi waktu gerakan
penelitian studi waktu gerakan adalah metode deskriptif yang berusaha untuk menyelidiki efisiensi produksi dengan mengadakan studi yang mendetail tentang penggunaan waktu dari perilaku pekerja dalam proses produksi.
  1. Kriteria Pokok Metode Deskriptif
  1. Kriteria umum
    1. Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
    2. Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum.
    3. Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan opini.
    4. Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
    5. Harus ada deskriptif yang terang mengenai tempat dan waktu penelitian.
    6. Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data serta studi kepustakaan yang dilakukan.
  2. Kriteria khusus
    1. Prinsip-prinsip atau data yang digunakan dinyatakan dalam nilai.
    2. Fakta-fakta atau prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status.
    3. Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel.
E. Langkah-Langkah Umum Metode Deskriptif
  1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
  2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan.
  3. Memberikan limitasi dari area atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan dilaksanakan.
  4. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
  5. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji.
  6. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data.
  7. Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan.
  8. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingi diselidiki serta data yang diperoleh serta referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
  9. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji.
  10. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah (Nazir,2005:55-63).
Referensi
Maxfiel, F.N. 1930. The Case Study. Educ. Res. Bull.9,1930, pp.177-122.
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Whitney, F.L. 1960. The elements of Research, Asian Eds. Osaka: Overseas Book Co.

Minggu, 30 Januari 2011


Tinggi menggunung dosa-dosa kami Bertambah tinggi semakin hari
Berjuta kesalahan berlapis kesombongan selalu saja datang menghampiri
Langkah yang rapuh….. Jiwa yang lemah Segala salah hanyalah milik kita”
(Opick : Irhamna, Semesta Bertasbih)

SEMUA SALAH KITA atau KITA SEMUA SALAH?
Segala sesuatu yang diciptakan Allah tak ada yang sia-sia. Segala manfaat terkandung dalam tiap titiknya. Tak ada yang terlewatkan, tak ada kekurangan bagi-Nya sehingga semuanya sudah lebih dari cukup sebagai bukti betapa sempurnanya Allah SWT.
Alam semesta salah satu bukti adanya Allah. Tempat yang indah untuk tinggal umat manusia dan memberikan apa saja yang diinginkannya. Berjuta unsur bahkan tak terhingga telah tersedia berkat Rahmat-Nya. Bahkan semua nikmat yang tersebar di langit dan di bumi tiada lain hanya untuk makhluk-Nya yang sempurna.
Namun, pada akhir dekade ini umat manusia kerap disibukkan dengan berbagai kejadian alam. Kejadian yang bukan hanya sekedar peristiwa biasa melainkan peristiwa yang membuat berjuta pasang mata berduka. Di tahun 2004, tsunami memporak-porandakan ujung barat Indonesia, tak lama dari itu DIY Yogyakarta diguncang gempa yang cukup besar, kemudian lumpur lapindo juga ikut andil dalam merepotkan bangsa, dan beberapa kejadian lainnya yang begitu banyak dan masih berjalan hingga sekarang. Tak berhenti sampai disitu, kemarin kita kembali berduka dengan adanya tsunami yang kembali hadir di Mentawai dan meletusnya yang gunung Merapi di Jawa Tengah. Kejadian-kejadian tersebut membuat manusia kebingungan: Ada apa ini?, Mengapa ini terjadi?, Apa salah kita?, kemudian mereka saling menyalahkan satu sama lain,:Ini ulah para penebang liar!; ini salah mereka yang buang sampah sembarangan dan lain sebagainya. Bahkan ketika bencana yang besar telah menghancurkan segalanya, tak jarang tercetus “Mengapa peristiwa ini terjadi, Tuhan tidak adil”. Apakah alam marah? Atau mungkin Tuhan sudah bosan melihat tingkah kita(Ebiet. 1999).
Marilah Direnungkan bersama, sebuah bencana bukanlah ulah dari segelintir orang saja. Kenapa begitu? Ingatlah Allah menurunkan bencana ke dunia ada 3 macam: peringatan, adzab, dan laknat. Ketiga macam tersebut Allah turunkan pada kaum yang Dia kehendaki.
Siapa dan Mengapa?
Seperti dikatakan di atas, Allah sangat berhak menurunkan bencana bagi siapa saja yang Dia kehendaki, tak ada yang bisa berlari dari-Nya. Ada bencana yang bersifat peringatan sebagai pembatas bagi orang-orang yang beriman tapi lalai dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Yang dimaksud dengan lalai di sini sangat luas dan mendetail, bukan hanya dalam ibadah mahdhoh saja melainkan yang ghoiru mahdhoh juga sehingga banyak di antara manusia yang kerap menganggap sepele padahal hal yang sepele adalah awal dari peristiwa besar. Peringatan Allah sangat banyak macamnya diantaranya beberapa peristiwa yang kerap terjadi dilingkungan sekitar. Apabila manusia yang berimn bias mengambil hikmah dari suatu peristiwa maka mereka akan memperbaiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kejadian itu. Nah, peristiwa yang bersifat peringatan biasanya disebut dengan kata musibah. Kemudian bencana yang bersifat adzab. Adzab di sini adalah siksa Allah yang diturunkan di dunia sebagai balasan bagi orang-orang yang dzolim baik bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Adzab ini Allah turunkan dalam berbagai macam.
Yang terakhir adalah bencana yang bersifat Laknat. Maksud dari laknat di sini ialah kemurkaan Allah terhadap makhluk-Nya yang selalu membangkang terhadap perintah-Nya dan selalu menerobos masuk dalam segala larangan-Nya. Hal ini sangat jelas termaktub dalam kitab suci Al-Quran.
Selanjutnya yang menjadi pertanyaan, “Bencana di Indonesia disebabkan oleh apa? Dan termasuk dalam kategori apa?”. Untuk menjawab itu semua, mari direnungkan lagi. Setiap ada asap pasti ada apinya walau pun apinya sangat kecil. Begitupun setiap kejadian yang ada. Yang dilihat bukanlah hal yang bessar tetapi dilihat bagian yang terkecil dulu, mulai dari hati (meliputi berbagai macam penyakit hati), sikap (tingkah dalam setiap hal dan keadaan: acuh tak acuh, menganggap sepele, tak peduli, melewati batas, dsb.), dan aplikasi perilaku dalam kehidupan sehri-hari. Semua akan terungkap, tanpa disadari manusia telah mendzolimi dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya shingga merupakan pantas bagi Sang Maha Pencipta untuk menunjukkan Kekuasaan-Nya. Mudah-mudahan saja Bangsa ini bisa mengambil hikmah dari segala kejadian yang ada sehingga mampu memperbaikinya sesuai kemampuannya. Selanjutnya mengenai siapa yang salah bisa dipikirkan oleh masing-masing individu dan kita hanya bisa berharap Allah selalu melindungi kita dan mencurahkan rahmat-Nya. Amin (alfrs).
Robbana Dzolamna Anfusana Waillam Taghfirlana Watarhamna Lanakuunanna minal Khosiriin"


PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM MATA PELAJARAN BAHASA ARAB
GUNA MENINGKATKAN KETRAMPILAN KALAM
SISWA KELAS IX INTERNASIONAL
SMP BOARDING SCHOOL AR-RAHMAH




PENELITIAN TINDAKAN KELAS



OLEH
ABDUL AZIZ ALFARISI
07330013








PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS HUMANIORA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
SEPTEMBER
2010



LEMBAR PENGESAHAN


Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM MATA PELAJARAN BAHASA ARAB
GUNA MENINGKATKAN KETRAMPILAN KALAM
SISWA KELAS SISWA KELAS IX INTERNASIONAL
DI SMP BOARDING SCHOOL AR-RAHMAH



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir PKLI

Pendidikan Bahasa Arab
Universitas Islam Negeri Maliki Malang

Oleh:
ABDUL AZIZ ALFARISI
(07330013)


Telah disetujui dan disahkan pada
Tanggal, September 2010

Mengetahui,
Kepala Sekolah





Muhammad Syuhud, S. Hum
NIP

Dosen Pembimbing Lapangan





H. M. Abdul Hamid,S.Ag, M.A
NIP


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya berkat rahmat dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan perangkat pembelajaran dengan lancar dan tepat waktu. Sebagai salah satu tugas dan kewajiban dari PKLI Fakultas humaniora dan budaya UIN Maliki Malang di SMP Boarding School Ar-Rohmah.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad saw, para keluarga ,sahabat dan para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh umat manusia yaitu Islam. Kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akherat.
Dalam penulisan dan penyusunan laporan perangkat pembelajaran ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan kegiatan PKLI yang telah dicanangkan oleh UIN Maliki Malang sebagai pertanggung jawaban kami sebagai peserta PKLI.
Dengan terselesainya laporan PKLI ini, tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk dalam pelaksanaan PKLI, antara lain :
  1. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
  2. Bapak H.M Abdul Hamid, MA, selaku Dosen pembimbing lapangan yang telah membebrikan kesempatan kepada kami selama PKLI berlangsung.
  3. Ayahanda dan Ibunda. Bapak yang telah memberikan dorongan dan motivasi baik berupa moril, do’a restu, nasehat-nasehat yang diberikan dengan kasih sayang, lebih-lebih materiil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini.
  4. Muhammad Syuhud S.Hum selaku kepala sekolah SMP Boarding School ar-Rahmah yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada kami untuk melaksanakan PKLI.
  5. Badrus Sholeh S.HI, selaku guru Pamong yang dengan sabar telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama tugas PKLI berlangsung.
  6. Segenap dewan guru, staf, serta karyawan SMP Boarding School ar-Rahmah, atas bantuan dan kerja samanya dalam pelaksanaan PKLI ini.
  7. Dan kawan-kawan seperjuangan PKLI yang selalu antusias dalam memberikan dukungan pembuatan laporan ini.
  8. Semua murid kelas IX khususnya dan seluruh murid SMP Boarding School ar-Rahmah pada umumnya yang telah membantu terselesainya kegiatan belajar mengajar sampai selesai.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi terwujudnya PKLI yang lebih baik untuk masa-masa yang akan datang.
Akhirnya penulis hanya dapat berdo’a semoga amal mereka diterima oleh Allah sebagai amalan sholehah serta mendapatkan imbalan yang semestinya. Penulis berharap semoga laporan akhir PKLI ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya, karena khoir al naas anfa’uhum li al naas. Amin.

Malang, September 2010

Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Hipotesis Tindakan 2
E. Manfaat Penelitian 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Pembelajaran Role Playing 4
B. Ketrampilan Berbicara (Kalam) 5
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian 7
B. Rencana Tindakan 7
1. Perencanaan Tindakan 7
2. Implementasi Tindakan 7
3. Observasi Dan Interpretasi 8
4. Analisis Dan Refleksi 8
C. Siklus Penelitian 9
D. Penyusunan Instrumen 9
E. Pengumpulan Data 9
F. Indikator Kinerja 10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
d. Refleksi
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
d. Refleksi
B. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan penting bagi kemajuan dan masa depan suatu bangsa. Tanpa pendidikan yang baik mustahil suatu bangsa akan maju dan berperadaban. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal BAB II Pasal 3 menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional”.
Salah satu keberhasilan suatu pendidikan dalam sebuah negara adalah eksistensi guru. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan anak didiknya. Dari sinilah guru dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan sebaiknya-baiknya. Untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan, guru harus “kaya” dengan berbagai model pembelajaran yang tepat dan sesuai kebutuhan anak didik. Sehingga nantinya proses pembelajaran tidak monoton dan membuat antusias anak didik dalam mengikuti materi pelajaran yang disampaikan.
Dalam bahasa Arab dikenal empat kompetensi dasar yang harus dimiliki anak didik yaitu Istima', Kalam, Qiro'ah, Kitabah. Selama ini, seperti yang pernah penulis alami ketika duduk di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, kompetensi yang dipakai guru hanya sebatas pada kompetensi Qiro'ah dan kitabah saja. Padahal kompetensi Istima' dan Kalam juga merupakan satu rangkaian penting dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Tanpa adanya kompetensi Istima' dan Kalam, proses pembelajaran tersebut tidak akan seimbang, dalam artian anak didik pandai dalam Qiro'ah dan Kitabah, tapi lemah dalam Istima' dan Kalam. Padahal perkembangan bahasa apapun pada seorang anak (mulai balita hingga dewasa) berangkat dari kebiasaan subjek mendengar kosa kata baru dan kemudian berusaha untuk mengartikulasikan apa yang didengar. Sehingga perlu adanya konsentrasi pembelajaran anak didik pada pengembangan istima' dan kalam.
Dalam upaya ini penulis berusaha melakukan penelitian tindakan kelas yang berkonsentrasi pada dua hal tersebut (istima' dan kalam) dengan menggunakan strategi pembelajaran role-play.
Role playing (bermain peran) adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam role playing siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain role playing seringkali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana anak didik membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang, ia juga berfungsi sebagai penanam karakter kata atau penggunaan ungkapan.
Berbagai alasan penggunaan role play dalam pembelajaran adalah: (i) untuk mendemonstrasikan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang diperoleh. (ii) Mendemonstrasikan intregasi pengetahuan praktis. (iii) Membandingkan dan mengontraskan posisi-posisi yang diambil dalam pokok permasalahan. (iv) Melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran yang langsung dan eksperensial. (v) Memberi feedback yang segera bagi dosen dan mahasiswa.
Oleh karena itu, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian tindakan kelas. Namun, Dalam penelitian tindakan kelas berikut, penulis mengkerucutkan kompetensi istima' dan kalam untuk meneliti aspek kalam saja. Dalam hal ini penulis mengangkat topik: “Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing Dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab Guna Meningkatkan Ketrampilan Kalam Siswa Kelas IX Internasional SMP Boarding School ar-Rahmah”
  1. Rumusan Masalah.
Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Apakah strategi pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan ketrampilan Kalam siswa kelas IX Internasional SMP Boarding School ar-Rahmah?
  2. Bagaimana strategi pembelajaran Role Playing diterapkan, sehingga dapat meningkatkan ketrampilan Kalam siswa kelas IX Internasional SMP Boarding School ar-Rahmah?

  1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Mendiskripsikan peningkatan penggunaan strategi pembelajaran Role Playing dalam ketrampilan Kalam siswa kelas IX Internasional SMP Boarding School ar-Rahmah.
  2. Menganalisis penerapan strategi pembelajaran Role Playing sehingga dapat meningkatkan ketrampilan Kalam siswa kelas IX Internasional SMP Boarding School ar-Rahmah.
  1. Hipotesis Tindakan
  1. Jika strategi pembelajaran Role Playing diterapkan dalam mata pelajaran bahasa Arab, maka ketrampilan Kalam siswa kelas IX Internasional SMP Boarding School ar-Rahmah dapat ditingkatkan.
  2. Jika strategi pembelajaran Role Playing diterapkan dalam mata pelajaran bahasa arab, maka kualitas ketrampilan kalam siswa kelas IX Internasional SMP Boarding School ar-Rahmah dapat ditingkatkan.

  1. Manfaat Penelitian.
Secara khusus penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan kegunaan bagi:
  1. Anak didik
  • Memberikan konstribusi langsung berupa praktek tentang materi-materi yang sudah dipelajari.
  • Memberikan anak didik perasaan senang terhadap materi pelajaran karena dikemas dengan Role Playing.
  1. Guru
  • Sebagai bahan pertimbangan guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  1. Sekolah
  • Sebagai bahan pertimbangan penggunaan informasi atau menentukan langkah-langkah penggunaan modul pembelajaran bahasa Arab khususnya dan materi pelajaran lain pada umumnya.
  1. Pengembang Kurikulum
  • Melihat berbagai kelemahan kurikulum sebagai pijakan pengembangan kurikulum.

BAB II
Kajian Pustaka

      1. Metode Pembelajaran Role Playing
Role playing (bermain peran) adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam role playing siswa dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain role playing seringkali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana anak didik membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang, ia juga berfungsi sebagai penanam karakter kata atau penggunaan ungkapan.
Dalam role playing, anak didik diperlakukan sebagai subyek pembelajar yang secara aktif melakukan praktek-praktek berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Arab) bersama teman-teman sebayanya pada situasi tertentu. Belajar yang efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri anak didik. Lebih lanjut prinsip pembelajaran bahasa menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa, anak didik akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan menggunakan bahasa dengan melakukan berbagai kegiatan bahasa. Bila mereka berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran siswa harus aktif. Tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
Bermain peran (role playing) adalah latihan yang baik bagi tumbuh kembang anak didik. Ketika anak didik berperan sebagai ibu misalnya, saat itu ia membayangkan dan meniru sikap sebagai seorang ibu dengan berkaca pada perilaku ibunya atau ibu idaman. Selain itu, ia juga mengembangkan sikap keibuan. Role Playing juga dapat membuat anak didik pandai berimajinasi karena memerankan sosok yang bukan dirinya. Ini bisa meningkatkan kemampuan verbal anak didik dalam pembelajaran ketrampilan berbicara (kalam).
Sebuah penelitian mengatakan bahwa metode pengajaran instruksional yang satu arah, yaitu guru mendominasi kelas, sudah ketinggalan zaman karena membuat anak menjadi pasif dan pada gilirannnya tidak melatih anak menjadi makhluk yang artikulatif ketika terjun ke masyarakat.
Ada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
  1. Mengambil peran (role taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran, contoh: berdasar pada hubungan keluarga (apa yang harus dikerjakan anak perempuan) atau berdasar tugas jabatan (bagaimana seorang agen polisi harus bertindak), dalam situasi-situasi sosial (Goffman, 1976)
  2. Membuat peran (role making), yaitu kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan. (Roberts, 1991)
  3. Tawar-menawar peran (role negotiation), yaitu tingkat dimana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang-pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.
Dalam role play, peserta melakukan tawar menawar antara ekspektasi-ekspektasi social suatu peran tertentu, interpretasi dinamik mereka tentang peran tersebut, dan tingkat dimana orang lain menerima pandangan mereka tentang peran tersebut.
Dalam role play peserta diminta; pertama untuk mengandaikan suatu peran khusus, apakah sebagai mereka sendiri atau sebagai orang lain. Kedua, masuk dalam situasi yang bersifat simulasi atau skenario, yang dipilih berdasar relevansi dengan pengetahuan yang sedang dipelajari anak didik atau materi kurikulum. Ketiga, bertindak persis sebagaimana pandangan mereka terhadap orang yang diperankan dalam situasi-situasi tertentu ini, dengan menyepakati untuk bertindak “seolah-olah” peran-peran tersebut adalah peran mereka sendiri dan bertindak berdasar asumsi tersebut, dan keempat menggunakan pengalaman-pengalaman peran yang sama pada masa lalu untuk “mengisi” gap yang hilang dalam suatu peran singkat yang ditentukan.
Disamping tiga aspek utama dari pengalaman peran diatas, ada empat pokok pendekatan dalam role play yang seringkali digunakan, yaitu role play berbasis ketrampilan (skills based), berbasis isu (issues based), berbasis problem (problems based), dan berbasis spekulasi (speculative based).
Role play pendekatan berbasis ketrampilan (skills-based approach) adalah siswa diminta untuk memperoleh ketrampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria kemudian melatih sifat-sifat ini sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada dan mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain, biasanya dengan tujuan penilaian atau evaluasi (Rowntree, 1987, 1994). Contohnya adalah menjadi model peran seorang dokter.
Role play dengan pendekatan berbasis isu (issues-based approach) adalah anak didik secara aktif mengeksplorasi suatu isu dengan mengandaikan peran-peran dari manusia dalam kehidupan yang sesungguhnya yang berselisih satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya yang dilandasi seperangkat kepentingan-kepentingan pribadi yang jelas. Contoh dari pendekatan ini adalah membangun jalan bebas hambatan.
Role play dengan pendekatan berbasis problem (problems-based approach) adalah anak didik diminta untuk memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuannya secara tepat. Disini guru boleh mengintervensi dengan memberikan informasi atau problem baru, krisis atau tantangan baru sementara role play tetap berjalan. Contohnya adalah perjuangan untuk mempertahankan hidup dari kecelakaan kapal laut.
Role play dengan pendekatan berbasis spekulasi (speculative-based approach) adalah keterlibatan anak didik dalam membuat spekulasi terhadap pengetahuan lampau dan yang akan datang dengan menggunakan aspek yang diketahui dari wilayah subyek tertentu. Contohnya kematian karena kecelakaan misal dalam suatu konser musik yang kacau.
      1. Ketrampilan Berbicara (Kalam)
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian dan komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh kemampuan mendengarkan, kemampuan mengucapkan, dan penguasaan kosa kata serta ungkapan yang memungkinkan anak didik dapat mengkomunikasikan maksud atau fikirannya.
Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian anak didik dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan dorongan kepada anak didik agar berani berbicara kendatipun dengan resiko salah.
Pada tahap permulaan latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan menyimak akan tetapi tujuan akhir keduanya berbeda. Latihan berbicara menekankan kemampuan eskpresi atau mengungkapkan ide pikiran pesan kepada orang lain. Sedangan menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal balik.
Pembelajar bahasa perlu menyadari bahwa ketrampilan berbicara melibatkan tiga bidang pengetahuan, yaitu:
        1. Mekanik (pengucapan, tata bahasa, dan kosakata); penggunaan kata-kata yang sesuai dengan susunan dan pengucapan yang benar.
        2. Fungsi (transaksi dan interaksi); mengetahui kapan pesan yang jelas diperlukan (transaksi atau pertukaran informasi) dan kapan pemahaman yang tepat tidak diperlukan (interaksi atau membangun hubungan).
        3. Norma dan aturan sosila budaya (pengalihan pembicara, kecepatan berbicara, lamanya berhenti anatara pembicara, peran aktif pembicara); pemahaman tentang siapa yang berbicara kepada siapa, dalam situasi yang bagaimana, tentang apa, dan untuk apa.
Berikut ini model-model latihan berbicara yang digunakan dalam melatih ketrampilan kalam anak didik yaitu;
  1. Latihan asosiasi dan identifikasi
Dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatannya dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya.
  1. Latihan Pola kalimat
    1. Latihan Mekanis.
Latihan ini bertujuan menanamkan kebiasaan dengan memberikan stimulus untuk mendapatkan respon yang benar. Ada bermacam-macam latihan mekanis diantaranya adalah:
  1. Pengulangan sederhana
  2. Penggantian sederhana
  3. Penggantian berganda
  4. Tranformasi penggabungan kalimat dengan penambahan qowa’id
    1. Latihan Bermakna.
  1. alat peraga: baik berupa benda-benda alamiah maupun gambar-gambar yang dipakai untuk memberikan makna pada kalimat-kalimat yang dilatihkan.
  2. Situasi kelas: benda-benda yang ada didalam kelas dapat dimanfaatkan untuk pemberian makna.
    1. Latihan komunikatif.
Latihan ini menumbuhkan daya kreasi siswa dan merupakan latihan yang sebenarnya.
  1. Latihan percakapan, model-model latihan percakapan itu adalah sebagai berikut:
  1. Tanya Jawab.
  2. Menghafalkan Dialog.
Guru memberikan suatu model dialog secara tertulis untuk dihafalkan oleh siswa di rumah masing-masing. Pada minggu berikutnya siswa diminta secara berpasangan untuk tampil di depan kelas untuk memperagakan dialog tersebut.
  1. Percakapan Terpimpin.
Guru menentukan situasi atau konteksnya, siswa diharapkan mengembangkan imajinasinya sendiri dalam percakapan dengan lawan bicaranya sesuai dengan konteks atau situasi yang telah ditentukan.
  1. Percakapan Bebas.
Guru hanya menentukan topik pembicaraan, siswa diberi kesempatan untuk melakukan percakapan mengenai topic tersebut secara bebas.
  1. Bercerita
  2. Diskusi, ada beberapa model diskusi yang bisa dilakukan di kelas kaitannya dengan latihan berbicara, yaitu:
  1. Diskusi kelas dengan dua kelompok berhadapan.
  2. Diskusi kelas bebas.
Guru menetapkan topik, siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang masalah yang menjadi topik pembicaraan tersebut secara bebas.
  1. Diskusi kelompok.
  2. Diskusi panel.
  1. Wawancara
  2. Drama
  3. Berpidato




















BAB III
METODE PENELITIAN


      1. Setting Penelitian

B. Rencana Tindakan

    1. Perencanaan Tindakan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka peningkatan ketrampilan kalam anak didik terhadap materi pembelajaran bahasa Arab adalah:
      • Peneliti melakukan tes awal dengan meminta siswa untuk membuat ringkasan teks bacaan dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal anak didik terhadap kemampuan mereka menggunakan kalam dan mengekspresikan kembali apa yang telah mereka dapatkan.
      • Peneliti menyusun rencana pengajaran sekaligus materi pelajaran dalam bentuk role playing.
      • Peneliti membuat media pembelajaran yang berupa kartu gambar sebagai sarana pengembangan naskah drama yang ditulis oleh siswa.
      • Peneliti membuat instrument penelitian.
    1. Implementasi Tindakan
      • Guru memberikan motivasi kepada anak didik agar mereka antusias dalam materi pelajaran yang akan berlangsung maupun materi pelajaran selanjutnya.
      • Guru memberikan pengarahan tentang kegiatan belajar mengajar yang akan berlangsung dan menyebutkan kompetensi yang harus dikuasai anak didik utamanya ketrampilan berbicara (kalam).
      • Guru mengulas materi pelajaran yang sudah disampaikan.
      • Guru memberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan kalam anak didik dengan menggunakan metode interview.
      • Guru mendorong anak didik untuk melakukan percakapan dengan teman sekelasnya.
      • Guru memantau aktifitas anak didik dan memberikan refleksi di akhir setiap pertemuan, mana ungkapan-ungkapan yang seharusnya digunakan oleh anak didik terkait dengan pembenaran dalam percakapan.
      • Guru memberi penilaian hasil kerja anak didik selama percakapan berlangsung dalam role playing.
      • Guru memberikan penghargaan terhadap anak didik yang bersungguh-sungguh dalam melakukan role playing berdasarkan kriteria yang ada.
    1. Observasi dan Interpretasi
Observasi dilaksanakan dengan tujuan memperoleh informasi yang lebih mendalam dan komprehensif tentang data aktifitas mulai dari awal sampai akhir tindakan. Dalam penelitian ini guru bertindak sebagai peneliti dan mengamati secara langsung kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran role playing yang kemudian hasilnya dicatat dalam lembar observasi role playing. Guru mengawasi semua kondisi dan perilaku siswa saat pengamatan atau observasi berlangsung. Sehingga guru mengetahui sejauh mana kosa kata yang dimiliki dan yang digunakan anak didik dalam ketrampilan kalam dengan strategi pembelajaran role playing tersebut.
    1. Analisis dan Refleksi
Peneliti melakukan analisis dan refleksi adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan ketrampilan kalam anak didik dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Arab dengan menggunakan strategi pembelajaran role playing yang selanjutnya akan dipakai pertimbangan untuk menerapkan metode pada hari selanjutnya, sehingga nantinya dapat diukur sejauh mana keberhasilan guru dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat dari prestasi belajar anak didik yaitu melalui keberanian dan rasa percaya diri mereka dalam menggunakan bahasa Arab baik bertanya maupun menjawab berbagai persoalan yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas.
      1. Siklus Penelitian

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan. Tahap-tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Teggat, berupa siklus spiral yang meliputi kegiatan perencanaan, pemberian tindakan, observasi dan refleksi yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian sehingga diperoleh data yang dapat disimpulkan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini akan direncanakan 2 siklus (setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan).
Secara lebih rinci tahap-tahap dalam penelitian ini direncanakan sebagai berikut: Siklus pertama dilakukan pada pertemuan pertama mengajar tanpa menggunakan strategi pembelajaran role playing. Dalam siklus ini dilakukan tes awal dimana tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan kalam anak didik terhadap materi pelajaran bahasa Arab. Siklus kedua, penulis membagikan kartu bergambar sebagai bahan pembuatan naskah role play, setelah naskah selesai dibuat peneliti meminta siswa untuk melakukan role play. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan kalam anak didik dari setiap materi yang diajarkan dengan menggunakan metode role playing.

      1. Penyusunan Instrumen

Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang ditunjang dengan instrument lain yaitu interview, kartu gambar, dan lembar observasi.

      1. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh ketika pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang, dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian berlangsung, yaitu:

  1. Pengamatan Partisipasi.
Cara ini digunakan peneliti agar data yang diperoleh dapat sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti. Penelitian partisipatif maksudnya adalah peneliti terlibat secara langsung dan bersifat aktif serta turut mengumpulkan data.
  1. Observasi Aktifitas Kelas.
Observasi aktifitas kelas dilakukan oleh peneliti dengan mengajar di kelas dimana peneliti menggunakan metode role playing, sehingga peneliti mendapat gambaran suasana kelas dimana nantinya digunakan peneliti untuk menyampaikan pembelajaran bahasa Arab pada pertemuan selanjutnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang dicapai setelah menggunakan metode role playing.
  1. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara ini peneliti gunakan secara langsung untuk memperoleh data-data yang akurat yang dapat menunjang hasil dari metode observasi. Metode wawancara menurut suharsismi (1998) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara (interviever) untuk memperoleh informasi dari terwawancaraI. Karena itu Sutrisno Hadi (1987:193) memandang bahwa wawancara merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis berlandaskan tujuan umum penyelidikan.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
        1. Wawancara bebas (inguided interview), yaitu sebuah wawancara dimana pewancara bebas menanyakan apa saja, tetapi tetap mengacu pada data yang ingin dikumpulkan.
        2. Wawancara terpimpin (guelded interview), yaitu wawancara yang dilakukan dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud juga dengan wawancara terstruktur.
        3. Wawancara bebas terpimpin, yaitu merupakan kombinasi dari wawancara bebas dan wawancara terpimpin.
Terkait dengan proses pencarian data dalam penelitian yang penulis lakukan, maka disini penulis menggunakan tehnik wawancara bebas.

      1. Indikator Kinerja

Keberhasilan penelitian ini bisa dilihat dari meningkatnya ketrampilan kalam anak didik yang ditunjukkan pada sikap dan tingkah laku anak didik pada saat pembelajaran bahasa Arab sedang berlangsung, yaitu meningkatnya antusiasme anak didik dalam menggunakan ketrampilan kalam dalam percakapan sehari-hari baik di dalam kelas maupun di luar kelas.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data tindakan dan temuan serta refleksi tindakan yang diperoleh selama tiga siklus tindakan pembelajaran dipaparkan sebagai berikut:

1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran ketrampilan berbicara (kalam) dalam bahasa Arab adalah dengan menerapkan strategi role playing.
b. Pelaksanaan
Siklus pertama dari upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran ketrampilan berbicara (kalam) bahasa Arab adalah dengan meminta siswa untuk meresume kandungan teks menggunakan bahasa siswa sendiri. Tujuan awal dari siklus pertama ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak didik dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Arab.
c. Pengamatan
Hasil penelitian tindakan pada siklus pertama ini mengungkapkan bahwa anak didik belum sepenuhnya menggunakan bahasa Arab, karena ada beberapa dari anak didik masih menggunakan bahasa ibu. Hal ini bisa jadi disebabkan karena anak didik masih belum menggunakan mufrodat bahasa Arab secara maksimal yang sudah didapatkan dalam percakapan sehari-hari, takut salah, perasaan minder ataupun kurang percaya diri terhadap kemampuannya dan perasaan-perasaan negatif lainnya.
d. Refleksi
Sesuai dengan hasil observasi dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran kurang berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Ini terlihat dari kecanggungan anak didik dalam melakukan aktifitas berbicara (kalam) di depan kelas. Kurangnya kebiasaan melakukan komunikasi dengan bahasa Arab menjadi faktor utama penghambat ketrampilan berbicara ini. Namun setidaknya ada sebagian anak didik yang mulai berusaha mengkomunikasikan bahasa Arab meskipun masih ada kesalahan di beberapa kalimat yang perlu dibenahi.
Terkait dengan hal diatas, maka untuk proses selanjutnya, perlu diberikan motivasi kepada anak didik untuk melakukan komunikasi sederhana dengan anak didik yang lain.

2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Siklus kedua ini pada dasarnya merupakan tahap perbaikan dari siklus pertama. Peneliti akan banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran untuk itu yang akan dilakukan adalah dengan menerapkan strategi role playing. Jika permasalahan pada siklus pertama adalah kecanggungan anak didik dalam melakukan aktifitas berbicara (kalam) di depan kelas, belum menggunakan mufrodat bahasa Arab secara maksimal yang sudah didapatkan dalam percakapan sehari-hari, takut salah, perasaan minder ataupun kurang percaya diri terhadap kemampuannya, dan perasaan-perasaan negatif lainnya, maka dalam siklus ini anak didik sudah dikondisikan untuk melakukan komunikasi dengan temannya dengan menggunakan mufrodat yang sudah didapatkan.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini, pembelajaran akan dilakukan dengan memakai strategi yang berbeda, yaitu strategi pembelajaran role playing, yang menjadi pertimbangan pemilihan strategi yang berbeda adalah, agar pembelajaran tetap menarik dan berkesan bagi siswa, karena hal ini penting untuk menimbulkan motivasi belajar yang lebih tinggi.
Strategi pebelajaran ini sangat baik untuk dilaksanakan karena para siswa akan termotivasi untuk melakukan komunikasi dengan orang lain dimana anak didik melakukan peran-peran yang berbeda sebagaimana biasanya.
c. Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi role playing sangat efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama tentang ketrampilan berbicara (kalam).
d. Refleksi
Harus diakui, bahwa strategi pembelajaran role playing ini sangat membantu mengefektifkan pembelajaran, karena masing-masing anak didik belajar memainkan peran orang lain yang berbeda sebagaimana biasanya. Anak didik juga akan memperkaya mufrodatnya dengan menggunakan peran-peran tersebut. Disisi lain, anak didik juga ditumbuhkan rasa percaya diri dan pandai berimajinasi karena memerankan sosok yang bukan dirinya. Ini bisa meningkatkan kemampuan verbal anak didik dalam pembelajaran ketrampilan berbicara (kalam).
Terlepas dari kelebihan metode ini, ada satu hal yang mungkin jadi masalah, yaitu ketika anak didik tidak memiliki kecenderungan pada modal kinestetik. Karena role playing menuntut anak didik untuk mengolah mufrodat menjadi sebuah kalimat yang didialogkan dan ekspresi bahasa tubuh.


B. Pembahasan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas IX Internasional ternyata dengan metode role playing dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa lebih cepat dalam memahami materi yang diajarkan dan siswa dapat belajar lebih mudah karena isi materi yang diajarkan dalam pelajaran bahasa arab, khususnya ketrampilan kalam. Selain itu dengan metode role playing siswa mempunyai peran yang sama, dan mengetahui mana siswa yang aktif dan tidak dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, pembelajaran dengan strategi role playing ternyata memiliki peran dominan untuk membantu anak didik mengasah keberaniannya menggunakan ketrampilan berbicara (kalam) di depan kelas tanpa takut salah, menumbuhkan rasa percaya diri dan pandai berimajinasi karena memerankan sosok yang bukan dirinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan
Perencanaan tindakan yang dilakukan agar pembelajaran bahasa Arab khususnya tentang ketampilan berbicara (kalam) lebih efektif adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran role playing. Adapun prosesnya ialah dengan menyususun rencana pembelajaran (RP) yang menggunakan strategi role playing dan menggunakan metode-metodenya yang sesuai dengan karakter materi dan menjelaskan strategi pembelajaran dan memberi batasan-batasan tugas yang harus dikerjakan untuk mendukung suksesnya pembelajaran pada tahap membuka pelajaran. Untuk mengoptimalkan hasil tindakan yang akan dilakukan, maka peneliti akan membuat dua siklus rencana tindakan. Yaitu: 1) perencanaan (planing). 2) tindakan (actuating). 3) observasi (observing). 4) refleksi (refleksing).
Hasil penelitian dengan keempat proses diatas menunjukkan, bahwa penerapan strategi pembelajaran role playing dalam pembelajaran bahasa arab, mempunyai efektifitas yang cukup besar. Hal ini terbukti; tidak saja dengan pencapaian materi pembelajaran yang secara kuantitatif ditunjukkan dengan nilai tes yang bagus, atau secara kualitatif dibuktikan dengan ketertarikan anak didik kepada proses pembelajaran hingga kemudian melahirkan motivasi untuk mempelajari materi pelajaran.
Lebih dari itu, pembelajaran dengan strategi role playing ternyata memiliki peran dominan untuk membantu anak didik mengasah keberaniannya menggunakan ketrampilan berbicara (kalam) di depan kelas tanpa takut salah, menumbuhkan rasa percaya diri dan pandai berimajinasi karena memerankan sosok yang bukan dirinya. Disisi lain role playing juga mampu menjalin kerjasama yang harmonis dengan teman-teman sebayanya.
B. Saran
Penerapan strategi pembelajaran role playing pada dasarnya, akan lebih maksimal manakala disesuaikan dengan materi pelajaran dan kondisi serta karakter peserta didik. Selain itu model-model lain dalam strategi pembelajaran role playing ini juga dapat dikombinasikan agar pembelajaran lebih menarik dan para siswa dapat mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Bennet, Neville, dkk. 2005. Teaching Through Play. Jakarta: Anggota Ikapi

DePorter, Bobby, dkk. 2000. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

DePorter, Bobby dan Mike Hemacki, dkk. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa

Effendi, Fuad Ahmad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Http/www.geocities.com/jipsumbar. Diakses tanggal 3 Maret 2007 pkl 04.00 WIB

Http/www/harian kompas.com. diakses tanggal 3 maret 2007 pkl 04.00 WIB

Http/www/gudang info balita.com. diakses tanggal 4 maret 2007 pukul 05.00 WIB

Sari, Rina. 2007. Pembelajaran Bahasa Inggris Pendekatan Qur’ani. Malang:UIN Press

Tim redaksi. 2005. Himpunan Peraturan Perundangan Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Anggota Ikapi

Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya.